
Oleh: Raka Putra Julian & Melda Erlyana ( Mahasiswa KKN UNAND – Jurusan Teknologi Pangan Hasil Pertanian)
Kabupaten Solok, bukik tandang, 4 Februari 2025 – Mahasiswa Universitas Andalas (Unand) menggelar sosialisasi pembuatan briket kepada kelompok tani di salah satu nagari di Sumatera Barat, yaitu bertepatan di Kabupaten Solok, Bukik tandang. Kegiatan ini bertujuan untuk memberikan pemahaman kepada petani mengenai potensi briket sebagai sumber energi alternatif serta bagaimana pemanfaatannya dapat meningkatkan pendapatan mereka.
Acara yang berlangsung pada Selasa, 4 Februari 2025 ini dihadiri oleh para anggota kelompok tani, wali nagari, serta mahasiswa yang berperan sebagai pemateri. Sosialisasi ini mencakup pengenalan briket, manfaatnya, serta langkah-langkah pembuatannya menggunakan limbah sekam padi yang melimpah di daerah tersebut.
Latar Belakang Kegiatan
Kegiatan ini merupakan bagian dari program pemberdayaan masyarakat yang diinisiasi oleh mahasiswa Universitas Andalas. Program ini berfokus pada pemanfaatan limbah pertanian guna menciptakan peluang ekonomi baru bagi petani. Sekam padi, yang selama ini dianggap sebagai limbah tak bernilai, sebenarnya memiliki potensi besar sebagai bahan baku pembuatan briket.
Menurut salah satu mahasiswa KKN yang menjadi pemateri, sekam padi mengandung karbon tinggi sehingga dapat menghasilkan briket berkualitas yang mampu menggantikan bahan bakar konvensional seperti kayu bakar atau arang. Pemanfaatan sekam padi untuk briket tidak hanya mengurangi limbah pertanian, tetapi juga memberikan alternatif sumber energi yang lebih ramah lingkungan.
Sosialisasi: Pengenalan Briket dan Manfaatnya
Sosialisasi dimulai dengan penjelasan mengenai apa itu briket. Briket adalah bahan bakar padat yang dibuat dari limbah organik, seperti sekam padi, serbuk kayu, atau limbah pertanian lainnya. Dalam sesi ini, mahasiswa menjelaskan bahwa briket memiliki berbagai keunggulan dibandingkan bahan bakar tradisional, antara lain:
- Lebih Hemat dan Ekonomis
Briket dapat menjadi alternatif yang lebih murah dibandingkan kayu bakar atau gas LPG. Dengan memanfaatkan limbah pertanian yang tersedia di sekitar, petani dapat menghemat biaya bahan bakar untuk keperluan rumah tangga maupun usaha pertanian mereka.
- Ramah Lingkungan
Pembakaran briket menghasilkan emisi karbon yang lebih rendah dibandingkan kayu bakar atau batu bara. Selain itu, pemanfaatan sekam padi sebagai bahan baku briket membantu mengurangi limbah pertanian yang sering kali dibakar secara terbuka dan mencemari lingkungan.
- Meningkatkan Nilai Ekonomi Limbah Pertanian
Sekam padi yang biasanya dibuang atau dibakar tanpa manfaat ekonomi kini bisa diolah menjadi produk bernilai jual tinggi. Dengan menjual briket, petani dapat memperoleh tambahan pendapatan.
- Memiliki Daya Tahan Panas yang Lebih Lama
Dibandingkan dengan kayu bakar, briket memiliki daya bakar yang lebih lama sehingga lebih efisien dalam penggunaannya, terutama untuk keperluan memasak atau mengeringkan hasil panen.
Praktik Pembuatan Briket Sekam Padi
Setelah sesi pengenalan, kegiatan dilanjutkan dengan demonstrasi langsung pembuatan briket dari sekam padi. Mahasiswa menunjukkan proses pembuatan briket mulai dari persiapan bahan hingga hasil akhir yang siap digunakan. Berikut langkah-langkah yang dipraktikkan:
- Pengarangan Sekam Padi
Sekam padi dikarbonisasi dengan cara dibakar dalam kondisi minim oksigen hingga berubah menjadi arang. Proses ini penting agar briket yang dihasilkan memiliki daya bakar yang baik.
- Pencampuran dengan Bahan Perekat
Arang sekam yang telah dihasilkan dicampur dengan bahan perekat alami, seperti tepung tapioka atau kanji, agar bisa dicetak menjadi bentuk padat.
- Pencetakan Briket
Campuran arang sekam dan perekat kemudian dimasukkan ke dalam cetakan berbentuk silinder atau kotak, lalu dipadatkan agar memiliki struktur yang kuat.
- Pengeringan Briket
Briket yang telah dicetak dikeringkan di bawah sinar matahari selama beberapa hari atau menggunakan oven pengering agar kadar airnya berkurang dan siap digunakan.
Dalam sesi praktik ini, petani yang hadir diberi kesempatan untuk mencoba langsung membuat briket dengan bimbingan mahasiswa. Keterlibatan langsung ini diharapkan dapat mempermudah mereka dalam memahami prosesnya dan menerapkannya secara mandiri di kemudian hari.
Respon Kelompok Tani dan Wali Nagari
Kegiatan sosialisasi ini mendapat sambutan positif dari kelompok tani dan wali nagari setempat. Salah seorang anggota kelompok tani, Pak Zamroni, menyatakan bahwa sebelumnya ia tidak menyadari bahwa sekam padi yang selama ini dianggap tidak berguna ternyata bisa diolah menjadi produk bernilai jual.
"Saya sangat tertarik dengan pembuatan briket ini. Selama ini, sekam padi hanya kami bakar begitu saja atau dibiarkan menumpuk. Jika bisa diolah menjadi briket dan dijual, tentu ini bisa menambah pemasukan kami," ujar Pak Zamroni.
Sementara itu, Wali Nagari yang hadir dalam acara tersebut mengapresiasi inisiatif mahasiswa Universitas Andalas dalam mengedukasi petani mengenai pemanfaatan limbah pertanian.
"Kami berharap setelah sosialisasi ini, petani di nagari ini bisa menerapkan pembuatan briket dan menjadikannya sebagai peluang usaha baru. Kami juga akan mendukung upaya ini dengan menghubungkan kelompok tani dengan pihak terkait agar ada pendampingan lebih lanjut," kata Wali Nagari.
Tantangan dan Harapan ke Depan
Meski memiliki potensi besar, ada beberapa tantangan dalam penerapan produksi briket di tingkat petani. Salah satunya adalah ketersediaan alat untuk proses karbonisasi dan pencetakan briket dalam jumlah besar. Selain itu, pemasaran briket juga perlu dipikirkan agar produk yang dihasilkan bisa terserap oleh pasar dengan baik.
Untuk mengatasi tantangan tersebut, mahasiswa Universitas Andalas berencana untuk menjalin kerja sama dengan pemerintah daerah serta lembaga terkait guna membantu pengadaan alat produksi dan membuka akses pasar bagi petani. Selain itu, pelatihan lanjutan juga akan diberikan agar petani semakin mahir dalam memproduksi briket dengan kualitas tinggi.
Kesimpulan
Sosialisasi pembuatan briket sekam padi yang dilakukan mahasiswa Universitas Andalas pada 4 Februari 2025 ini telah memberikan wawasan baru kepada kelompok tani mengenai manfaat limbah pertanian sebagai sumber energi alternatif. Dengan memanfaatkan sekam padi, petani tidak hanya dapat mengurangi limbah, tetapi juga menciptakan peluang usaha baru yang dapat meningkatkan pendapatan mereka.
Diharapkan kegiatan ini menjadi langkah awal bagi petani dalam menerapkan teknologi pembuatan briket di kehidupan sehari-hari. Dengan dukungan berbagai pihak, produksi dan pemasaran briket sekam padi dapat berkembang, sehingga memberikan manfaat ekonomi dan lingkungan bagi masyarakat pedesaan.
